Sebagai upaya menyemarakkan Hari Anak Nasional tahun 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Permainan Tradisional di ujung timur Pulau Jawa ini. Sebanyak 1.275 peserta didik dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang berasal dari 25 kecamatan se-Kabupaten Banyuwangi hadir untuk bermain dan menyemarakan festival Bigplay77 ini.
”Kami harap pada peringatan Hari Anak Nasional ini, anak-anak di seluruh Indonesia dapat merasakan kegembiraan dan kesenangan melalui berbagai permainan tradisional. Sekaligus mengenali dan menyenangi warisan budaya mereka,” disampaikan Direktur PAUD, Komalasari, pada pembukaan Festival Permainan Tradisional di Lapangan Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (22/7).
Komalasari mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi atas upaya pelestarian permainan tradisional di daerahnya. Ia menuturkan, Festival Permainan Tradisional ini menjadi salah satu wujud implementasi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) yang menjadi kebijakan Kemendikbudristek untuk meningkatkan kesehatan peserta didik.
“Kami di Kemendikbudristek rutin menyelenggarakan Festival Permainan Tradisional di berbagai daerah secara bergantian. Ini menjadi salah satu upaya kami mengampanyekan Gerakan Sekolah Sehat di satuan pendidikan di daerah,” tutur Komalasari.
Kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan peserta didik, lanjut Komalasari, GSS berfokus pada tiga pembiasaan sehat, yaitu sehat fisik, sehat gizi, dan sehat imunisasi. “Peningkatan aktivitas fisik menjadi penting mengingat kemajuan teknologi ditambah dampak pandemi Covid-19 menjadikan anak-anak kita kurang melakukan aktivitas fisik. Mereka cenderung banyak menghabiskan waktu dengan gadget (gawai). Salah satu pembiasaan aktivitas fisik yang kita dorong melalui GSS adalah bermain aneka permainan tradisional,” tegasnya.
Festival Permainan Tradisional dalam GSS, kata Komalasari, bertujuan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali permainan tradisional yang syarat dengan nilai-nilai positif dan nilai-nilai budaya yang berkearifan lokal, membangun kebersamaan, serta membiasakan aktivitas fisik yang sangat penting bagi kesehatan. “Melalui permainan tradisional kita berharap akan mampu mewujudkan anak-anak yang sehat, kreatif, cerdas, dan berkarakter,” imbuhnya.
Komalasari berharap ajang Festival Permainan Tradisional ini dapat dilaksanakan di semua daerah sebagai wahana untuk mempromosikan, melestarikan, dan mengenalkan warisan budaya tradisional kepada masyarakat, terutama generasi muda, melalui pengalaman yang menyenangkan dan interaktif. “Festival ini tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga sebagai upaya nyata dalam mempertahankan dan memperkenalkan warisan budaya tradisional kepada generasi muda dan masyarakat secara luas, dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran masyarakat,” ucap Komalasari.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mengapresiasi pemerintah pusat yang terus berusaha melestarikan berbagai permainan tradisional melalui Festival Permainan Tradisional yang saat ini digelar di Kabupaten Banyuwangi. ”Sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi kami mendapatkan dukungan dari Kemendikbudristek untuk menyelenggarakan Festival Permainan Tradisional sebagai momentum perayaan Hari Anak Nasional tahun 2023 ini,” kata Ipuk.
Ipuk mengatakan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus berupaya melestarikan berbagai permainan tradisional melalui Festival Memengan. Festival ini bertujuan untuk melestarikan dan mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak, serta sekaligus dalam rangka menangkal dampak negatif dari kemajuan digital dan game online yang semakin marak di kalangan anak-anak.
“Festival yang diikuti oleh lebih dari 1.000 anak ini menampilkan berbagai permainan tradisional, baik permainan lokal Banyuwangi maupun sebagian permainan khas Nusantara. Berbagai permainan tersebut antara lain Patheng Dudu, Egrang Bambu, Egrang Batok Kelapa, Gasingan, Bedhil-bedhilan, Gobag Sodor, Engklek, Lintang Aliyan, Tarik Tambang, Dagongan, Hulahop, Lompat Tali, Mobil-mobilan Bambu serta masih banyak lagi,” jelas Ipuk.
Kenali Lebih Dalam Patheng Dudu, Balap Karung Estafet, Dam Daman, dan Egrang Batok
Patheng Dudu merupakan nama sebuah permainan tradisional asli Indonesia yang berasal dari daerah Banyuwangi. Permainan ini berasal dari tradisi menumpuk batu di sungai atau yang dikenal dengan istilah “rock balancing”. Dalam bahasa adat Osing Banyuwangi, ‘patheng’ berarti tekun.
Seiring perkembangannya, bermain Patheng Dudu, dulu menggunakan batu, selanjutnya dibuat dengan kayu yang dibuat menjadi sejenis dadu dengan berbagai bentuk, ukuran, lebar sisi, berat dan kerataan yang berbeda-beda. Cara memainkan permainan Patheng Dudu yaitu dengan menumpuk dan menyusun satu-persatu dadu kayu menjadi susunan yang berdiri tegak.
Ketua Komite Permainan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI), Fadlu mengatakan permainan Patheng Dudu ini termasuk susah-susah gampang, karena walaupun permainan ini hanya menumpuk dan menyusun, sisi dan potongan kayu yang tidak sama membuat pemain perlu berhati-hati, fokus, dan sabar untuk memainkannya agar tidak oleng atau miring. “Permainan patheng dudu ini memang unik, selain melatih motorik kasar juga sekaligus melatih motorik halus dan otak. Melatih untuk selalu fokus, konsentrasi, dan melatih kebersamaan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan” jelasnya.
Selanjutnya, Egrang Batok. Egrang Batok mempunyai keunikan, tantangan, dan keseruan lain lagi. Melalui alat permainan berupa batok kelapa yang diberi tali, dan dijadikan menjadi alas kaki, pemain berusaha melangkah, berjalan, dan bahkan berlari beradu kecepatan. Tantangan yang seru dalam permainan ini adalahmenyeimbangkan tubuh di atas sepatu batok sambil berlari agar tidak terjatuh.
“Permainan ini memerlukan koordinasi yang baik antara gerakan kaki, tangan, tubuh, dan mata untuk menjaga keseimbangan. Pemain harus memiliki keterampilan koordinasi yang luwes antara kaki, tangan, badan dan tentu otak,” tutur Fadlu.
Sementara itu, permainan Dam-daman merupakan permainan tradisional dengan tujuan untuk mengasah otak. Permainan ini menggunakan media papan permainan dan pion atau bidak untuk bermain. Permainan ini dilakukan oleh dua orang pemain. “Permainan Dam-daman bermanfaat untuk melatih kemampuan mengatur strategi, bersikap positif, bersikap hati- hati dalam mengambil keputusan, menanamkan kejujuran, dan melatih daya ingat,” ujar Fadlu.
Tidak kalah seru dalam festival ini adalah perlombaan Balap Karung yang populer di berbagai daerah di Indonesia. Dalam festival ini, perlombaan lari karung dilakukan secara estafet. Nilai-nilai manfaat dari lari karung antara lain kerja keras, kerja sama, dan sportivitas. “Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain untuk sampai di garis finish secepat mungkin,” pungkas Fadlu.
Pada Festival Bigplay77 Permainan Tradisional di Banyuwangi, juara pertama lomba permainan Patheng Dudu tingkat SD diraih oleh tim dari Kecamatan Purwoharjo, juara kedua diraih oleh tim dari Kecamatan Blimbingan, dan juara ketiga diraih oleh tim dari Kecamatan Glenmore. Sementara itu, untuk tingkat PAUD, juara pertama diraih oleh tim dari Kecamatan Banyuwangi, juara kedua tim dari Kecamatan Genteng, dan juara ketiga diraih oleh tim dari Kecamatan Singojuruh.
Pada permainan Balap Karung Estafet, juara pertama diraih oleh tim dari Kecamatan Kalipuro, juara kedua tim dari Kecamatan Muncar, dan juara ketiga diraih oleh tim dari Kecamatan Tegaldimo. Untuk permainan Dam Daman, juara pertama diraih oleh Azka Futu Khiyatur Rosyidah, siswa kelas V SD Negeri 3 Kaliploso, Kecamatan Cluring. Juara kedua diraih oleh Aina Zahra Magareta, siswa kelas V SD Negeri 5 Kedungrejo, Kecamatan Muncar, juara ketiga diraih oleh Nuria Asyifatul Qolbi, siswa kelas V SD Negeri 2 Bangsring, Kecamatan Wongosrejo. Sementara itu, pada permainan Egrang Batok, tiga tim yang menjadi finalis dan akan berlaga pada sesi selanjutnya adalah tim dari Kecamatan Glenmore, Pesanggaran, dan Tegaldimo.